SIMPOSUK : Solusi Mudah Pengolahan Sampah Organik FKM UAD di Karangbendo Bantul
Ditulis oleh : Humas FKM UAD
Bantul, 19 Juli 2024 Sampah menjadi permasalahan yang cukup pelik dengan beberapa kali ditutupnya TPS Piyungan akibat besarnya volume sampah di DI Yogyakarta. Ya darurat sampah sedang diterapkan di wilayah ini. Semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka akan mengakibatkan tingginya volume sampah baik sampah oraganik maupun sampah anorganik yang dihasilkan rumah tangga. Oleh karena itu perlu pengelolaan sampah secara komprehensif dan terpadu agar memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman bagi lingkungan, serta dapat mengubah perilaku masyarakat. Salah satu cara pengolahan sampah organik yang paling mudah dilakukan adalah dijadikan sebagai kompos.
FKM UAD melalui kegiatan Pembelajaran Lapangan mencoba berkontriobusi dengan pemberian intervensi pada prioritas masalah terkait sampah organik ditingkat rumah tangga yang ditemukan dari hasil community diagnosis di Pedukuhan Karangbendo Banguntapan Bantul khususnya di RT 15, 16 dan 17. Tim pengalaman belajar lapangan (PBL) kelompok 17 yang merupakan Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) memberikan edukasi dan penyuluhan tentang pengolahan sampah organik menjadi pupuk berkualitas dan melakukan kegiatan demonstrasi pembuatan pupuk kompos.
Kegiatan intervensi yang dilakukan Tim PBL Kelompok 17 Mahasiswa FKM UAD yang terdiri dari 6 orang dilaksanakan pada hari Kamis (11/07/24) didampingi oleh seorang dosen pembimbing lapangan. Sebelum memberikan kegiatan intervensi berupa penyuluhan dan praktik pembuatan kompos ini telah dilakukan diskusi dengan warga Pedukuhan Karangbendo RT 15, 16 dan 17 melalui Musyawarah Masyarakat Desa (MMD).
Ketua kegiatan, Rizky Amalia mengungkapkan kegiatan ini diharapkan mampu memotivasi warga untuk membuat pupuk kompos organik. โDan sebagai upaya untuk mengurangi dan memanfaatkan sampah organik sisa dapur yang dihasilkan setiap hari,โ kata Rizky Amalia. Kegiatan intervensi berupa penyuluhan tidak hanya berisi penyampaian materi tetapi dibarengi dengan praktik pembuatan kompos organik agar tidak monoton selama kegiatan berlangsung. SIMPOSUK ini juga merupakan alternatif pengelolaan sampah organik yang dapat menyesuaikan dengan kondisi lingkungan warga yang memiliki halaman relative sempit dan dapat diterapkan dalam pot tanaman.
Adapun alat dan bahan yang perlu dipersiapkan untuk pembuatan pupuk kompos yaitu toples plastik atau bisa menggunakan pipa paralon, paku untuk melubangi media, sekop, sampah organik berupa sisa makanan, sayuran, tanaman kering dan kulit buah, serta cairan EM4 yang dicampur larutan gula pasir juga air dengan perbandingan 1:1:50.
EM4 singkatan dari Efektif Microorganisme suatu cairan yang berwarna kecoklatan beraroma segar mengandung bakteri fermentasi mulai dari genus lactobacillus, jamur fermentasi, actinomycetes, bakteri fotosintesis, bakteri pelarut fosfat dan juga ragi. Pemanfaatannya sering diaplikasikan dalam pembuatan kompos atau pupuk bokashi.
Adapun langkah-langkah pembuatan pupuk kompos yang bisa dilakukan secara mandiri adalah:
- Sediakan alat-alat yang dibutuhkan yaitu toples plastik, paku, korek api dan lilin untuk memanaskan paku, dan sekop.
- Toples plastik dilubangi dengan paku yang telah dipanaskan.
- Setelah itu, gali tanah di sekitar tanaman yang akan diisi oleh toples yang sudah di lubangi.
- Jika toples sudah tertanam, masukkan sampah organik dan cairan EM4 yang dicampur larutan gula pasir juga air dengan perbandingan 1:1:50 ke dalam toples, lalu tutup.
- Timbun kembali toples tersebut dengan tanah.
Dikatakan Mariska Urhmila, S.E., M.Kes selaku Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), โadanya edukasi dan praktik pembuatan kompos ini penting dilakukan untuk menambah wawasan dan mengubah perilaku warga agar lebih tepat dalam mengelola sampah organik rumah tangga,โ tandasnya.
Selama kegiatan ini berlangsung dihadiri warga termasuk kader dan ketua masing-masing RT 15, 16 dan 17. Para partisipan sangat antusias dan berperan aktif selama kegiatan berlangsung ditandai dengan adanya diskusi tanya jawab terkait dan secara sukarela ikut melakukan praktik pembuatan kompos di depan partisipan lainnya.
Kegiatan ini dilakukan selama dua bulan sejak bulan Mei sampai Juli 2024, di awali dengan pembekalan yang diberikan oleh kampus sampai dengan penyampaian hasil intervensi kepada masyarakat dusun Karangbendo, Banguntapan. Dari Kegiatan ini, FKM UAD berharap program intervensi terkait pengolahan sampah organik yang telah dilakukan tidak hanya meningkatkan pengetahuan dan kesadaran warga akan tanggungjawab dalam pengelolaan sampah rumah tangga, tetapi juga mampu diterapkan untuk seterusnya sebagai salah bentuk upaya untuk mengurangi permasalah sampah yang terjadi dan ikut mendukung program yang dicanangkan oleh Pemerintah DI Yogyakarta.